Senin, 09 Mei 2011

, , ,pepatah, , , ,

Terkadang cara terbaik tuk bahagia adalah belajar tuk melepaskan hal-hal yg selama ini terus membuatmu bersedih.
 
Salah satu hal tersulit dlm hidup adalah melupakan dia yg tlah memberikan begitu banyak hal tuk diingat. -@

Terkadang, mereka yg sering tertawa, adalah mereka yg telah mengalami begitu banyak luka.


 Pria bs membuka matanya bagi banyak wanita. Tp hanya ada 1 wanita yg akan menutup mata bersamanya. -@

Wanita bs berbagi senyuman pd banyak pria. Tp hanya ada 1 pria yg dpt menjadi tempatnya berbagi air mata. -@


Bahagia pasti datang pada mereka yg masih berharap meski pernah dikecewakan, mereka yg masih percaya meski pernah disakiti.


Semua orang ingin mengubah org lain jadi lebih baik, tp tak ada yg berpikir tuk mengubah dirinya terlebih dahulu. -@


memang bilang aku lebik baik tanpamu, tp sebenarnya aku sangat sakit melihatmu baik-baik saja tanpaku.


Terkadang kamu harus berani melepaskan sesuatu yg terus menyakitimu, dan belajar lebih mencintai dirimu sendiri. -@


Salah satu hal tersulit dalam hidup ini adalah ketika dia yg kamu cinta menyakitimu, namun dia tak menyadari airmatamu. -@

Rasa kecewa harus bisa membuat kita lebih bersabar. Rasa sakit hati harus bisa membuat kita menjadi lebih tegar.


Dalam cinta, tak ada yg salah tuk mengikuti kata hati, tapi kadang kamu harus mendengar pikiranmu tuk selamatkan hatimu. -@

bukan dia yg bangga atas banyaknya wanita yg mencintainya, tapi dia yg bangga mencintai hanya 1 wanita. -@  

 Tersenyum tak selalu berarti seseorang bahagia, terkadang itu hanya berarti dia telah lelah menangis. -@

Jarak tak pernah jadi masalah jika dua hati tulus mencinta. Selama ada jujur & saling percaya, jarak hanya memperkuat cinta yg ada.


Terkadang kita tdk tahu bagimana caranya melupakan krn kita tdk tahu bagaimana caranya memaafkan. -@


Terkadang kita tdk tahu bagimana caranya melupakan krn kita tdk tahu bagaimana caranya memaafkan. -@


Terkadang kamu memlih tuk menjauh dari seseorang tuk sementara waktu agar dia menyadari betapa dia membutuhkanmu dalam hidupnya.


Kadang kamu memilih tuk menjauhi seseorang, bukan karena berhenti mencintainya, tapi karena dia terus berikan luka.


Jika dia hanya berikan luka, belajarlah tuk melepasnya. Kamu tak akan temukan orang yg tepat jika kamu masih bertahan dgn yg salah.


kalau kerjaannya nyakitin terus..

kalau malam minggu gak pernah diapelin.. :p


Dalam hidup, akan ada seseorang yg sangat kamu cintai, tapi kamu harus melepasnya. Dia yg ada di hatimu tapi tak di kehidupanmu.

Kadang, bukan karena kamu bertahan yg menunjukkan kamu kuat, tapi karena kamu berani melepaskan hal yg terus berikan kamu luka.


Jangan terus tangisi sesuatu yg bukan milikmu lagi. Kamu tak akan dapatkan bahagia jika kamu tak mampu bertahan dari kesedihan.

Jangan tinggalkan orang yg kamu cintai demi yg kamu sukai, karena yg kamu sukai akan meninggalkanmu demi yg mereka cintai.


Sesuatu yg sulit ketika seseorang yg membuatmu menangis adalah orang yg sama yg bisa membuatmu tertawa. -@

Jika kamu mencintai seseorang, katakan padanya. Jika tidak, lepaskan dia. Jangan manfaatkan cinta, karena orang bisa terluka.


Dalam hidup, kadang seseorang yg terlihat begitu tegar adalah dia yg sangat lemah dan butuh orang lain tuk peduli padanya.

Salah satu hal yg membuatmu sulit tuk melepaskan seseorang yg terus melukaimu adalah perjuanganmu ketika ingin mendapatkannya.


Salah satu cara paling mudah tuk bahagia adalah melepaskan hal-hal yg membuatmu terluka. Hargai Dirimu, Cintai Dirimu.

Dalam hidup, rasa kecewa tak pernah hadir karena kesalahan orang lain, tapi kesalahan diri sendiri yg terlalu berharap. -@


Meskipun dia yg kamu cinta terus berikan luka, tapi hatimu selalu mampu berkata, "aku telah terbiasa" -@

Keputusan tersulit yg harus dibuat dlm hidup ini adalah ketika kamu terlalu lelah tuk bertahan, tapi terlalu cinta tuk melepaskan.

Jumat, 29 April 2011

Asuhan keperawatan dengan klien STROKE


STROKE
1.      Pengertian Stroke
Brunner dan Suddarth (2002:2131) menjelaskan bahwa stroke atau cidera serebrovaskuler (CVA), adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak.
Menurut pendapat lain stroke merupakan suatu gangguan neurologik fokal yang dapat timbul sekunder dari suatu proses patologis pada pembuluh darah serebral (Sylvia A. Price, 1995:964).
Pendapat yang tidak jauh berbeda dikemukan oleh Depkes bahwa stroke merupakan salah satu manifestasi neurologik yang umum secara mendadak sebagai akibat adanya gangguan suplai darah ke otak (Depkes, 1995:49).
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa penyakit stroke adalah suatu gangguan neurologis yang bersifat fokal atau umum yang timbul secara mendadak atau sekunder dari suatu proses patologis pada pembuluh darah serebral yang menyebabkan berhentinya suplai darah ke jaringan otak sehingga fungsi otak menjadi rusak/hilang.

2.      Anatomi Fisiologi Otak Dan Pembuluh Darah Otak
a.       Anatomi Fisiologi Otak
Berat otak manusia dewasa kira-kira 2% dari berat badannya. Otak menerima 20% dari curah jantung dan memerlukan sekitar 20% pemakaian oksigen dan sekitar 400 kilo kalori energi setiap harinya. Otak merupakan jaringan yang paling banyak memakai energi dalam seluruh tubuh manusia dan terutama berasal dari proses metabolisme oksidasi glukosa. Kebutuhan oksigen dan glukosa relatif konstan, hal ini disebabkan oleh metabolisme otak merupakan proses yang tetap dan kontinu tanpa masa istirahat. Bila alirah darah terhenti selama 10 detik saja, maka kesadaran mungkin sudah akan hilang dan penghentian dalam beberapa menit saja dapat menimbulkan kerusakan ireversibel.
Secara garis besar otak dibedakan menjadi tiga bagian utama yaitu: serebrum, serebelum dan batang otak.
1).    Serebrum
Serebrum merupakan bagian otak yang paling besar dan paling menonjol. Disini terletak pusat-pusat sarat yang mengatur semua kegiatan sensorik dan motorik, juga mengatur proses penalaran, ingatan dan intelegensi. Serebrum dibagi menjadi himesfer kanan dan kiri oleh suatu lekuk atau celah dalam yang disebut fisura longitudinalis mayor. Bagian luar hemisfer serebri terdiri dari substansia griseria yang disebut sebagai korteks serebri, terletak di dalam substansia alba yang merupakan bagian dalam (inti) hemisfer dan dinamakan pusat medula. Kedua hemisfer saling dihubungkan oleh suatu pita lebar yang disebut korpus kalosum. Didalam substansia alba tertanam kelompokkan massa sunstansia grisea yang disebut ganglia basalis. Pusat aktivitas sensorik dan motorik pada masing-masing hemisfer dirangkap dua dan sebagian besar berkaitan dengan bagian tubuh yang berlawanan. Hemisfer serebri kanan mengatur bagian tubuh sebelah kiri dan hemisfer serebri kiri mengatur bagian tubuh kanan. Konsep fungsional ini disebut pengendalian kontralateral.
Hemisfer utama (biasanya kiri) mempunyai spesialisasi untuk bahasa dan kalkulasi matematik namun sebatas pada tugas ruang. Hemifer minor (biasanya kanan) mempunyai spesialisasi untuk proses memahami sesuatu secara keseluruhan, menerima gambaran abstrak, musik dan lokasi ruang, tetapi tidak sanggup mengadakan komunikasi melalui bahasa verbal, meski komunikasi masih dapat dilakukan dengan gerakan dan kegiatan emosional.


Fungsi utama masing-masing lobus tersebut adalah:
a).      Lobus Frontalis
(1)    Area 4 Brodmann, merupakan area motorik primer yang bertanggung jawab terhadap gerakan voluntary.
(2)    Area 6 Brodmann, bertanggung jawab atas gerakan terlatih, misalnya menulis, mengemudi atau mengetik.
(3)    Area 8 Brodmann, dinamakan area lapang pandang frontal dan bersama area 6 bertanggung jawab atas gerakan menyidik voluntary dan deviasi konjungat dari mata dan kepala.
(4)    Area 4,6,8,9 dan 46 Brodmann, mengatur gerakan mata voluntary.
(5)    Area 44 dan 45 Brodmann, dikenal sebagai area bicara motorik Brocha yang bertanggung jawab atas pelaksanaan motorik bicara. Hemisfer dominan yang mengatur bicara terletak pada hemisfer kiri.
(6)    Area 19 sampai 12 Brodmann, merupakan area yang berkaitan dengan kepribadian, seperti fungsi ingatan, rasa tanggung jawab, ide-ide, pikiran dan pandangan ke masa depan.
b).     Lobus Parietalis
(1)    Area 1 sampai 3 Brodmann (Area somestetik primer), mempunyai peranan utama dalam memproses dan mengintegrasi informasi sensorik (berupa nyeri, suhu, raba, tekan dan proprioseptik) yang lebih tinggi dari semua sisi tubuh dan disinilah menggapai kesadaran.
(2)    Area asosiasi somestetik (area 5 dan 7 Brodmann), menerima berbagai modalitas sensorik berupa kualitas, bentuk, tekstur dan suhu berdasarkan pengalaman-pengalaman di masa lalu, seperti mengidentifikasi mata uang dengan tangan tanpa melihat.
(3)    Area 39 Bordmann (girus angularis), mengintegrasi kemampuan memahami bahasa tulisan.
(4)    Area 40 Brodmann (girus supermarginalis), mengintegrasi kemampuan stereogenesis.
c).      Lobus Temporalis
(1)    Korteks pendengaran primer (Area 41 dan 42 Brodmann), berfungsi sebagai penerima suara.
(2)    Korteks asosiasi pendengaran (area 22 Brodmann), diperlukan untuk area pemahaman yang dikenal dengan area Wernicke.
d).     Lobus Oksipitalis
(1)    Area 17 Brodmann (korteks penglihatan primer), menerima informasi penglihatan dan menyadari sensasi warna.
(2)    Area 18 dan 19 Brodmann, sebagai korteks visual primer dikelilingi oleh korteks asosiasi visual dimana informasi penglihatan menjadi berarti.
(3)    Korteks asosiasi visual terletak disebelah area 39 Brodmann lobus temporalis, keduanya dikaitkan dengan kemampuan dalam memahami simbol bahasa.
2).    Serebelum
Serebelum terletak di dalam fosa kranii posterior dan ditutupi oleh durameter yang menyerupai atap tenda, yaitu tentorium, yang memisahkannnya dari bagian serebelum posterior. Berat serebelum sekitar 150 gr atau dari berat batang otak sebelumnya. Serebelum terdiri dari bagian tengah, vermis dan dua hemisfer lateral.
Serebelum fungsinya mengatur dan mengkoordinasi aktivitas otot skeletal dan mempertahankan postur serta kekuatan otot. Aktifitas serebelum berasal dari input-input multiple susunan saraf pusat dan susunan saraf tengah. Saraf eferen berjalan ke serebelum dari korteks serebri melalui system korteks serebelum dan pons. Impuls-impuls serebral eferen dikirim ke korteks motorik melalui nucleus merah. Formasi reticular di batang otak dan nucleus pestibula. Serebelum juga berfungsi dalam petunjuk-petunjuk penglihatan dan koordinasi gerakan tubuh.
3).    Batang Otak
Batang otak terdiri dari mesensefalon (otak tengah), pons dan medula oblongata. Diseluruh batang otak banyak ditemukan jaras-jaras yang berjalan naik turun. Masing-masing struktur mempunyai fungsi tetapi fungsi ketiganya sebagai unit untuk menjalankan saluran impuls yang disampaikan dari serebri dan lajur spinal. Batang otak merupakan pusat relai dan refleks dari susunan saraf pusat.
Mesenfelon merupakan bagian pendek dari batang otak yang letaknya diatas pons. Bagian ini terdiri dari bagian posterior dan bagian anterior. Pada otak tengah ini berpangkal nukleus saraf kranial II (N.Optikus) dan III (N.Oculomotoris).
Pons berupa jembatan serabut-serabut yang menghubungkan kedua hemisfer serebelum, serta menghubungkan mesensefalon disebelah atas dengan medula oblongota dibawah. Bagian bawah pons berperan dalam pengaturan pernafasan. Nervus IV (N. Trochearis), V (N. Trigeminus), IV (N. Abducens) dan VII (N. Fasialis) berinduk di pons.
Medula oblongata merupakan pusat refleks yang penting untuk jantung, vasokonstrikor, pernafasan, bersin, batuk, menelan, pengeluaran air liur dan muntah. Selain itu medula oblongota mengandung nukleus-nukleus lima saraf kranial terakhir, yaitu: Nervus VIII (N. Auditorius), Nervus IX (N. Glosofaringeus), Nervus X (N. Vagus), Nervus XI (N. Accesorius) dan Nervus XII (N. Hipoglosus).
Sedangkan untuk Nervus I (N. Olfaktorius) langsung berhubungan dengan otak tanpa melalui batang otak. Fungsi saraf ini yaitu sebagai saraf penghirup terletak di bagian atas mukosa hidung di sebelah atas dari concha nasalis superior
b.      Peredaran darah otak
Susunan saraf pusat (SSP) seperti juga jaringan tubuh lainnya, sangat tergantung dari aliran darah yang memadai untuk nutrisi dan pembangunan sisa-sisa metabolismenya. Suplai darah arteria ke otak merupakan suatu jalinan pembuluh-pembuluh darah yang bercabang-cabang, berhubungan erat satu dengan yang lain, sehingga dapat menjamin suplai darah yang adekuat untuk sel. Suplai darah ini dijamin oleh dua pasang arteria, yaitu arteria vertebralis dan arteria karotis interna, yang cabang-cabangnya beranastomosis membentuk siskulasi arteriosus serebri Willisi.
1)      Sistem Karotis
Arteri karotis interna dan eksterna bercabang dari arteria karotis komunis kira-kira setinggi tulang rawan tiroidea. Arteri interna memperdarahi wajah, tiroid, lidah dan pharing. Arteri karotis interna sedikit berdilatasi tepat setelah percabangannya yang dinamakan sinus karotikus. Dalam sinus karotikus terdapat ujung-ujung saraf khusus yang berespon terhadap tekanan darah/perubahan arteri yang secara refleks mempertahankan suplai darah ke otak dan tubuh.
Arteri karotis interna masuk ke dalam rongga tengkorak dan bercabang kira-kira setinggi khiasma optikum, menjadi arteri serebri anterior dan media. Segera setelah masuk kedalam ruang subarakhnoid dan sebelum bercabang-cabang, arteri karotis interna mempercabangkan arteri optalmika yang masuk ke dalam orbita, bagian hidung dan sinus udara.
2)      Sistem Vertebrasasiler
Arteri vertebralis kiri dan kanan berasal dari arteri subklavia sisi yang sama. Artinya subklavia kanan merupakan cabang dari arteri inominata, sedangkan kiri merupakan cabang langsung dari aorta.
Arteria vertebralis memasuki tengkorak melalui foramen magnum setinggi perbatasan pons dan medula oblongota. Kedua arteri bersatu membentuk arteri basilaris. Arteri basilaris terus berjalan setinggi otak tengah dan disini bercabang menjadi dua membentuk sepasang arteri serebri posterior. Arteri serebri posterior dan cabang-cabangnya memperdarahi sebagian diensefalon, sebagian lobus oksipitalis dan temporalis, apparatus cokhlearis dan organ-organ vestebular, korteks penglihatan primer diperdarahi oleh arteri kalkarina yang merupakan cabang dari arteria serebri posterior. Arteri serebri posterior dan cabng-cabangnya memperdarahi sebagian diensefalon, sebagian lobus oksipitalis dan temporalis, apparatus cokhlearis dan organ-organ vestebular, korteks penglihatan primer diperdarahi oleh arteri kalkarina yang merupakan cabang dari arteria serebri posterior.
3)      Regulasi dan penyesuaian peredaran darah serebral
Dalam keadaan fisiologi jumlah darah yang mengalir ke otak (CBF) ialah 50-60 ml per 100gr jaringan otak permenit. Jumlah ini selalu berubah karena bermacam-macam pengaruh, maka volume darah selalu akan menyesuaikan diri, faktor-faktor penyesuaian darah serebral dibagi menjadi:
a)      Faktor Ektrinsik (diluar otak)
(1)   Tekanan darah sitemik
(2)   Kemampuan jantung untuk memompa darah ke sirkulasi
(3)   Kualitas pembuluh darah karotikovertebral
(4)   Kualitas darah yang menentukan viskositas
b)      Faktor Intrinsik (didalam otak)
(1)   Autregulasi arteri serebral
(2)   Faktor-faktor biokomiawi regional

3.      Etiologi
Stroke atau gangguan peredarah darah otak dapat disebabkan oleh penyempitan atau tertutupnya maupun pecahnya pembuluh darah ke otak dan ini terjadi karena:
a.       Trombosis
Trombosis merupakan penyebab stroke yang paling sering dan umumnya menyerang orang yang usia lanjut. Trombosis serebral biasanya ada kaitannya dengan kerusakan pembuluh darah akibat arterosklerotik lemak. Trombosit melepaskan enzim adenosin dipospat yang mengawali mekanisme emboli atau mungkin dapat tinggal ditempat dan akhirnya seluruh arteri itu akan tersumbat dengan sempurna.
b.      Emboli Serebral
Emboli serebral adalah adanya penyumbatan pembuluh darah serebral, misalnya oleh bekuan darah, lemak ataupun darah. Pada umumnya emboli berasal dari trombus dijantung (dinding atau katup) yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral. Emboli serebral pada umumnya berlangsung secara progresif cepat dan gejalanya dapat timbul dalam 10 sampai 30 detik.
c.       Perdarahan serebral
Perdarahan ini dapat terjadi diluar durameter hemoragi ekstradural atau epidural, dibawah durameter (hemoragi subdural), di ruang subarachnoid (hemoragi subarachnoid) atau di dalam substansi otak (hemoragi intraserebral).
Perdarahan darah intraseberal terjadi karena pecahnya pembuluh darah otak. Perdarahan yang terjadi karena arterosklerosis dan hipertensi pada umumnya terjadi pada usia 50 tahun akibat pecahnya pembuluh arteri aorta, terjadi perembesan atau aliran ke dalam parenkim otak darah mengakibatkan penekanan dan pergeseran serta pemisahan jaringan otak yang berdekatan. Akibatnya otak akan membengkak, jaringan otak internal akan tertekan sehingga dapat menyebabkan infark otak, edema dan kemungkinan herniasi otak.

4.      Faktor-faktor Resiko Terjadinya Stroke
Kelainan-kelainan yang dapat meningkatkan resiko untuk terjadinya stroke diantaranya adalah:
a.       Faktor resiko mayor (utama), yaitu:
1)      Diabetes melitus
Diabetes melitus mampu menebalkan dinding pembuluh darah otak yang berukuran besar, menebalnya dinding pembuluh darah otak akan menyempitkan diameter pembuluh darah dan penyempitan tersebut akan mengganggu aliran darah ke otak akhirnya menyebabkan infark sel-sel dalam otak.
2)      Hipertensi
Hipertensi dapat mengakibatkan pecahnya maupun menyempitnya pembuluh darah otak, apabila pembuluh darah otak pecah maka akan terjadi perdarahan otak dan apabila pembuluh darah otak menyempit maka aliran darah ke otak akan terganggu dan sel-sel akan mengalami kematian.
3)      Penyakit Jantung
Penyakit jantung reumatik, penyakit jantung koroner dengan infark otot jantung dan gangguan irama denyut jantung merupakan faktor resiko stroke yang cukup potensial. Penyakit tersebut akan menyebabkan hambatan atau sumbatan alirah darah otak karena jantung melepaskan gumpalan darah atau sel-sel jaringan yang telah mati ke dalam aliran darah peristiwa ini disebut emboli. Selain itu adanya kelainan pada jantung menyebabkan penurunan aliran darah yang dipompakan sehingga aliran darah yang diedarkan menjadi berkurang dan perfusi jaringan menjadi menurun termasuk jaringan otak. Jika perfusi terus berlanjut maka jaringan otak menjadi ischemik dan akhirnya terjadi infark.
b.      Faktor resiko minor
1)      Kadar kolesterol yang tinggi
Tingginya kadar lemak/lipid menyebabkan resiko pembentukan arterosklerosis karena lemak yang terdapat dalam darah akan menempel pada pembuluh darah yang akhirnya menjadi plak sehingga terjadi penyempitan pembuluh darah.
2)      Keadaan viskositas darah
Peningkatan hematokrit seperti pada polisitemia dapat menyebabkan peningkatan kekentalan (visikositas) darah sehingga aliran darah menjadi kurang lancar.
3)      Obesitas
Orang-orang dengan kegemukan cenderung untuk menderita penyakit jantung, darah tinggi dan diabetes militus. Kegemukan juga menjadikan orang jarang beraktivitas karena berat badan yang tinggi dan terjadi kelemahan pada otot tungkai. Ini semua dapat mengakibatkan terjdinya stroke.
4)      Alkohol
Alkohol memberikan pengaruh yang berbahaya bagi peredarah darah otak kesamping bagi otak itu sendiri. Alkohol terbukti dapat meningkatkan tekanan darah, mengganggu metabolisme glukosa dan lemak dalam tubuh juga mengganggu pembekuan darah.
5)      Penggunaan pil kontrasepsi
Pil kontrasepsi mengandung hormon estrogen yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah.
6)      Stress
Stress akan merangsang saraf simpatis untuk kemudian memacu jantung agar bekerja lebih keras. Stress juga akan merangsang hormon-hormon adrenergik seperti adrenalin yang menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan peningkatan tekanan darah.
7)      Aktivitas
Kekurangan aktivitas dapat mengakibatkan peredarah darah tidak lancar termasuk peredarah darah otak.
8)      Riwayat keluarga
Sejak diketahui bahwa stroke cenderung terjadi dalam satu keluarga maka anamnese keluarga menjadi penting.
9)      Usia
Pada sebagian umur 45 tahun lebih orang akan mendapatkan gangguan stroke, karena faktor yang diduga dapat mempercepat arterosklerosis.
10)  Merokok
Merokok dapat mempercepat pengerasan pembuluh nadi  (arterosklerosis) dan akan meningkatkan kecenderungan pembekuan darah.


11)  Jenis Kelamin
 Menurut beberapa penelitian laki-laki lebih sering menderita stroke dibandingkan perempuan, hal ini mungkin terkait dengan faktor kebiasaan merokok dan minum alkohol.

5.      Tanda dan gejala Stroke
Berikut ini adalah tanda dan gejala yang terjadi pada penderita stroke :
a.       tiba – tiba sakit kepala
b.      Pusing, bingung.
c.       Penglihatan kabur.
d.      Kehilangan keseimbangan.
e.       Kelemahan / kelumpuhan tangan dan atau kaki.
f.       Bicara tidak jelas.
g.      Konsentrasi menurun.
h.      Sukar menelan.
i.        Tidak mampu mengontrol buang air besar dan atau buang air kecil.
j.        Terjadi penurunan sampai dengan kehilangan kesadaran.

6.      Klasifikasi Stroke
a.       Berdasarkan Etiologi
1)      Infark Otak
Dimana suplai darah yang dialirkan ke otak hanya melalui arteri serebral yang sehat atau berdilatasi sehingga hanya jaringan otak yang sehat saja yang mempunyai jauh darah dan daerah edema tidak kebagian.
2)      Perdarahan Intraserebral
Terjadi karena pecahnya pembuluh darah otak, perdarahan yang terjadi karena arterosklerosis dan hipertensi yang pada umumnya terjadi diatas 30 tahun, akibat pecahnya pembuluh arteri otak sehingga terjadi pembesaran atau terjadi aliran darah kedalam parenkim, pergeseran dan memisahkan jaringan otak yang berdekatan sehingga otak akan membengkak, jaringan otak internal akan tertekan sehingga dapat menyebabkan edema dan kemungkinan herniasi otak.
3)      Perdarahan subarachnoid
Merupakan gangguan alirah darah pada satu atau lebih pembuluh darah serebral karena oklusi atau pecahnya pembuluh darah serebral secara spontan.
b.      Berdasarkan Lokasi Lesi
1)       Sistem Karotis
Kelainan terjadi pada arteri karotis baik kiri atau kanan dan percabanyannya.
2)       Sistem Vertebrabasiler
Kelainan terjadi pada arteri vertebrabasailer dan percabangannya.

7.      Patofisiologi Terjadinya Stroke Infark
Otak harus menerima alirah darah yang konstan untuk mempertahankan fungsi normalnya karena otak tidak dapat menyimpan oksigen dan glukosa sendiri. Aliran darah juga berfungsi sebagai tempat untuk membuang sampah metabolik, karbondioksida dan asam laktat. Jika aliran darah ke otak berkurang atau menurun maka akan terjadi kerusakan otak dengan cepat.
Melalui proses autoregulasi serebral, alirah darah ke otak tetap diupayakan konstan sejumlah 750 ml/menit. Untuk merespon terhadap perubahan tekanan darah atau karbondioksida, maka akan terjadi vasokontriksi atau vasodilatasi dari arteri otak.
Dalam stroke, iskemik terjadi dalam jaringan otak yang aliran arterinya terganggu akibat trombus atau emboli sehingga menimbulkan gangguan fungsi otak. Iskemik menyebabkan hipoksia atau anoksia dan hipoglikemik jaringan otak. Proses ini dapat mengakibatkan kematian pada neuron, sel ganglia dan struktur otak disekitar area infark. Edema yang terjadi dapat memperberat infarknya itu sendiri. Edema dapat berlangsung dalam beberapa jam atau beberapa hari.
Setelah terjadi infark dan edema maka secara otomatis terjadi penurunan kemampuan otak untuk menjalankan fungsi neurologisnya sehigga terjadi defisit neurologis pada area kontralateral dari area lesi sesuai dengan karakteristik otak.

Untuk mempermudah pemahaman dapat dilihat pada skema dibawah ini:
Adanya sumbatan akibat trombosis atau emboli atau adanya pembuluh darah
Yang pecah

Gangguan suplai darah ke otak karena kerusakan aliran darah arteri

Penurunan suplai darah ke otak

Bagian otak kekurangan oksigen dan glukosa

Terjadi infark serebral pada                Terjadi edema dan kongesti
area di otak                                         pada area yang mengelilingi infark

Kematian pada neuron, sel glia                 Menambah parahnya keadaan
dan struktur otak                                                      infark

Ketidakmampuan otak
mengontrol fungsi neurologis
 

Defisit neurologis pada bagian tubuh
tertentu sesuai area yang terkena lesi

Sumber: Donna D. Ignatavicius et.al. 1995: 1254

8.      Manajemen Pengobatan Dan Tindakan Pada Penyakit Stroke
a.       Perawatan dan pengobatan gangguan fungsi vital
1)      Semua penderita stroke dalam fase akut harus diistirahatkan di tempat tidur.
2)      Pencatatan dan monitoring tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu minimal 3x sehari.
3)      Nyeri kepala disertai gelisah diobati dengan analgetik dan transqualizer: bendzodiazepan atau anti depresan.
4)      Fungsi lumbal pada penderita perdarahan sebaiknya ditunda kemungkinan bahaya herniasis, kecuali bilamana diagnosa diragukan dengan infark atau meningitis.
b.      Klien dengan gangguan kesadaran
1)      Mencegah dan mengobati komplikasi-komplikasi seperti bronchopneumoni, perhatikan ventilasi dan periksa dada serta auskultasi 2x sehari.
2)      Bila perlu slyem dihisap atau dikeluarkan dengan mesin penghisap.
3)      Mungkin diperlukan endotrakeal tube, respirator, trakeatomi dan oksigen.
4)      Bila didapat tanda-tanda infeksi pulmonal maka diberikan antibiotik seperti ampisilin atau tetrasikilin 4x 250 mg.
5)      Penderita dibolak-balik setiap 4 jam sekali perhatikan bahaya aspirasi makanan atau muntah sewaktu memberi makan.
c.       Prinsip Pengobatan
Prinsip pengobatan pada perdarahan intra serebral atau ektra serebral atau tekanan darah diusahakan mendekati nilai normal. Bila sistolik diatas 200 mmHg dan diastolik diatas 110 mmHg maka pada hari pertama diturunkan sampai 200 mmHg dan 100 mmHg, pada hari berikutnya diturunkan perlahan-lahan sehingga sistolik sekitar 170 mmHg dan diastolik sekitar 90 mmHg.


d.      Untuk stroke ischemik
Selama post akut (sampai hari ke 7-10) tekanan darah tidak perlu diturunkan, bila terus-menerus meninggi (sistolik diatas 200 mmHg dan diastolik 120 mmHg dan dikhawatirkan perdarahan intraserebral, maka baru diturunkan dengan transqualizer dahulu lalu diuretika sesudah hari ke 7-10 barulah diberikan pengobatan anti hipertensi bila tekanan darah makin tinggi.
e.       Obat-obatan yang memperbaiki metabolisme otak belum ada yang efektif.
f.       Kontrol/pengobatan komplikasi neurologi atau nonneurologi
1)      Edema otak: infus manitol 2%, 1-1,5 gr/kg berat badan/hari.
2)      Pada edema ringan: 60 gtt/menit: 3 cc/menit jadi lebih dalam 100 menit.
3)      Pada edema berat/tanda-tanda herniasi otak dapat diberikan 240 gtt/menit maka habis 300 cc dalam 50 atau 25 menit. Komplikasi yang dapat timbul dari pemakaian obat ini adalah renal failure atau infark tubular renal. Berhati-hati dehidrasi bila dijumpai adanya eritrosit dalam urine kecepatan infus dikurangi atau pemberian dihentikan. Perhatikan intake dan output cairan
4)      Hindari pemberian infus Dextrose 5% karena dapat memperberat oedema otak sebaiknya digunakan cairan isotonik seperti dextrose dalam 0,25 dan 0,5% Nacl.
5)      Bila tidak mau makan atau stupor diberikan sonde feeding
6)      Hematonia/hydrocephalus dilakukan tindakan operasi.
g.      Pencegahan serangan stroke berulang
1)      Harus berobat (kontrol) teratur dan pengobatan faktor resiko.
2)      Pada stroke ischemik terutama TIA dapat diberikan:
a)      Anti platecit agregrasi, yang sudah dibuktikan dengan asam aseto salisilat (aspirin) dengan dosis 2-3 x100 mg selama 2 tahun.
b)      Anti koagulan, jarang dipakai, sebaiknya hanya dilakukan dibawah pengawasan ahli dengan pengawasan laboratorium lengkap. Indikasi adalah TIA serial yang tidak berhasil dengan ASA, sesudah serangan infark dengan emboli ke otak, diberikan selama 8 minggu, emboli karena stenosis mitral.
3)      Untuk mencegah perdarahan ekstraserebral karena pecahnya aneurisme perlu istirahat mutlak ditempat tidur selam 2 minggu dilarang mengedan/batuk serta diberi obat penenang diazepam 3xmg.
 
B.     PROSES KEPERAWATAN
1.      Pengkajian
a.       Pengumpulan Data
1)      Identitas Klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan, suku bangsa, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, no medrec, diagnosa medis dan alamat.
2)      Identitas Penanggung Jawab
Meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat.
3)      Riwayat Kesehatan
a)      Riwayat Kesehatan Sekarang
(1)   Keluhan Utama Masuk Rumah Sakit
Biasanya klien dengan stroke datang ke rumah sakit dengan alasan nyeri atau sakit kepala, gangguan motoris, gangguan sensoris dan gangguan kesadaran.
Keluhan utama dikembangkan dengan metode PQRST mulai dari adanya keluhan sampai datang ke rumah sakit.
(2)   Keluhan Utama Saat Pengkajian
Berisi tentang keluhan klien saat pengkajian yang dikembangkan dengan teknik PQRST.
Pada stroke perdarahan biasanya akan ditemukan penurunan kesadaran dan kemungkinan terjadi sampai koma sehingga klien tidak dapat ditanyakan apa yang dirasakan, sedangkan pada stroke akibat infark biasanya terjadi kelumpuhan sebelah (hemiplegi), kepala pusing atau nyeri, bicara tidak jelas dan klien mengeluh lemah tubuh.
b)      Riwayat Kesehatan Dahulu
Pada umumnya klien stroke akan mempunyai riwayat diabetes melitus, penyakit jantung atau hipertensi dan adanya faktor-faktor resiko seperti: kadar kolesterol yang tinggi, keadaan viskositas darah yang tinggi (menderita polisetemia), diabetes, kebiasaan minum-minuman beralkohol, riwayat penggunaan pil kontrasepsi, sering stress dan kurang beraktivitas serta kebiasaan merokok.
c)      Riwayat Kesehatan Keluarga
Pada keluarga akan didapatkan adanya riwayat penyakit keturunan yaitu hipertensi, diabetes militus atau riwayat penyakit yang sama dengan klien yaitu stroke.
d)     Pola Aktivitas Sehari-hari
Perlu dikaji pola aktivitas klien selama di rumah sakit dan pola aktivitas klien selama di rumah, terdiri dari:
1)      Pola nutrisi (makan dan minum), terjadi perubahan dan masalah dalam memenuhi kebutuhan nutrisi karena kurangnya nafsu makan, kehilangan sensasi kecap, menelan, mual dan muntah.
2)      Eliminasi (BAB dan BAK) terjadi perubahan dalam pola pemenuhan karena terjadi incontinensia urine dan konstipasi.
3)      Istirahat tidur, kesulitan tidur dan istirahat karena adanya nyeri dan kejang otot.
4)      Personal hygiene, klien biasanya memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhan perawatan dirinya karena adanya kelemahan.
5)      Aktivitas gerak, akan didapat kehilangan sensasi atau paralise (hemiplegi), dan kesukaran dalam memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-harinya karena adanya kelemahan.



e)      Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan secara head to toe dan didokumentasikan secara per system, meliputi:
(1)   Sistem Pernafasan
Biasanya didapatkan pernafasan tidak teratur, pernafasan sulit dan frekuensi nafas meningkat, klien akan didapatkan penurunan/kesulitan dalam batuk, bunyi nafas ngorok akibat adanya sekret yang menumpuk pada auskultasi akan terdengar adanya ronchi, mungkin terjadi kelemahan/paralisi otot-otot pernafasan sehingga pengembangan dada kadang ditemukan tidak simetris kiri kanan.
(2)   Sistem Kardiosvaskuler
Pada stroke dengan faktor resiko penyakit jantung biasanya diperoleh adanya gejala payah jantung seperti edema, dyspneu, terdapat bunyi jantung tambahan seperti murmur, gallop dan bunyi jantung S III, hipertensi, denyut jantung mungkin irreguler dan nadi cepat.
(3)   Sistem Pencernaan
Biasanya didapatkan data adanya mual, muntah, anoreksia, konstipasi, penurunan sensasi rasa, kehilangan kemampuan menelan, ketidakmampuan mengunyah, kehilangan sensasi pada lidah, wajah dan kerongkongan (disfagia), obesitas, adanya distensi abdomen. Bising usus melemah dan menurun dan terjadi konstipasi.
(4)   Sistem Persarafan
Gangguan pada sistem persarafan tergantung pada area otak yang terkena lesi (infark).
(a)    Tes Fungsi Serebral
Status mental, kemungkinan adanya gangguan pada orientasi berupa dimensia, penurunan daya ingat berupa amnesia, perhatian dan perhitungan dapat terganggu dengan adanya acalculia, pada fungsi bahasa dapat ditemukan adanya afasia baik motorik maupun sensorik atau afasia visual (buta kata) dan adanya distria.
Tingkat kesadaran menurun terutama pada stroke perdarahan bisa sampai terjadi koma. Nilai GCS biasanya kurang dari 15.
Pengkajian Bicara, kadang terjadi kebingungan dalam pembicaraan. Obrolan/pembicaraan klien datang tidak nyambung dan sulit dimengerti atau terdapat kesulitan dalam berbicara.
Tes Fungsi Kranial, pada stroke infark nervus kranial yang sering terkena biasanya yaitu: Nervus III, IV dan VI terjadi penurunan lapang pandang, perubahan ukuran pupil, pupil tidak sama, pupil berdilatasi, diplopia dan kabur, nervus V ditemukan gangguan dalam mengunyah, terjadi paralise otot-otot wajah, anastesia daerah dahi, Nervus VII biasanya tidak adanya lipatan nasalobial, melemahnya penutupan kelopak mata dan hilangnya rasa 2/3 bagian anterior lidah, Nervus IX kemungkinan ditemukan adanya pola bicara yang sangat (pelo) susah menelan dan tidak dapat bicara, Nervus X sering ditemukan adanya data kehilangan komunikasi bunyi suara parau (tidak jelas) dan sulit untuk diajak bicara, Nervus XII biasanya terdapat kelumpuhan lidah dan jatuhnya lidah ke satu sisi.
(b)   Pemeriksaan Motorik
Gangguan fungsi motorik biasanya kontralateral sehingga menimbulkan fungsi koordinasi dan pergerakan terbatas, menurunnya tonus otot, kelemahan tubuh secara umum menyebabkan koordinasi terganggu terutama berdiri dan berjalan, adanya rasa sakit dan terbatas Range Of Motion (ROM).
(c)    Uji Refleks
Terdapat refleks patologis berupa refleks babinksi positif sedangkan pada pemeriksaan refleks biasanya normal atau mengalami penurunan.
(d)   Fungsi Sensorik
Kemungkinan adanya defisit sensori pada ektrimitas yang paralise.
(e)    Fungsi Serebrum
Kemungkinan adanya gerakan yang tidak bermakna seperti ataksia.
(f)    Iritasi meningen
Biasanya tidak terdapat kelainan kecuali pemeriksaan babinksi terkadang ditemukan positif (untuk stroke infark).
(5)   Sistem Endokrin
Kemungkinan ditemukan peningkatan kadar glukosa serta adanya peningkatan hormon tiroid, atau terjadi penurunan beberapa kadar hormon yang berkaitan dengan produksi hipotalamus dan hipofise.
(6)   Sistem Genitourinaria
Biasanya terjadi perubahan pola kemih yaitu incontinensia urine.
(7)   Sistem Muskuloskeletal
Biasanya ditemukan kelemahan kontralateral lesi otak pada ekstremitas baik atas maupun bawah, hipertropi otot, kehilangan tonus atau adanya penurunan tonus otot. Terjadi kesulitan dalam aktivitas karena lemah kehilangan sensasi, ROM terbatas.
(8)   Sistem Integumen
Tanda-tanda kemerahan pada area yang tertekan, dekubitus, kulit kotor dan lengket.
(9)   Sistem Penglihatan, Pendengaran dan Wicara
Ketajaman penglihatan berkurang pergerakan mata terganggu, penurunan lapang pandang, pupil dilatasi, kehilangan setengah lapang pandang.
Pada pendengaran biasanya disertai tinitus, dan pada fungsi wicara sering ditemui kelumpuhan pada lidah sehingga sulit berbicara dan kehilangan kemampuan berkomunikasi verbal.
f)       Data Psikologis
1)      Status Emosi
Klien menjadi irritable atau emosi yang labil terjadi secara tiba-tiba, klien menjadi mudah tersinggung, mengingkari dan sukar untuk didekati.
2)      Kecemasan
Klien biasanya merasa cemas dengan adanya perubahan (kelumpuhan) yang terjadi pada dirinya.
3)      Pola koping
Klien biasanya tampak menjadi pendiam atau menjadi tertutup (supresi).
4)      Gaya Komunkasi
Klien mengalami gangguan komunikasi verbal seperti berbicara rero atau sulit dimengerti.
5)      Konsep Diri
(a)    Body Image: klien memiliki persepsi dan merasa bahwa bentuk, fungsi tubuh dan penampilannya yang sekarang mengalami penurunan, berbeda dengan keadaan sebelumnya.
(b)   Ideal Diri: klien merasa tidak dapat mewujudkan cita-cita yang diinginkannya. Klien merasa tidak mampu lagi untuk berinteraksi dengan orang lain atau lingkungan dimana ia berada.
(c)    Harga Diri: klien merasa tidak berharga lagi dengan kondisinya yang sekarang, klien merasa tidak mampu dan tidak berguna serta cemas dirinya akan selalu memerlukan bantuan dari orang lain.
(d)   Peran: klien merasa dengan kondisinya yang sekarang ia tidak dapat melakukan peran yang dimilikinya baik sebagai orang tua, suami/istri ataupun seorang pekerja.
(e)    Identitas Diri: klien memandang dirinya berbeda dengan orang lain karena kondisi badannya yang disebabkan oleh penyakitnya.
g)      Data Sosial
Pada data objektif akan didapatkan ketidakmampuan berbicara, kehilangan kemampuan berkomunikasi secara verbal, ketergantungan kepada orang lain dan sosialisasi dengan lingkungan, pembicaraan tidak dapat dimengerti, sedangkan pada data subjektif ditemukan klien berbicara dengan menggunakan bahasa isyarat. Selain itu bisa ditemukan sikap klien yang sering menarik diri dari orang lain dan lingkungan karena merasa hanya akan membebani orang lain.
h)      Data Spiritual
Terkadang klien merasa tidak yakin dengan kesembuhannya. Klien merasa hidupnya lebih buruk daripada sebelumnya. Klien tidak dapat membayangkan bagaimana kehidupannya di kemudian hari atau klien cenderung mempunyai pandangan negatif terhadap kehidupannya dikemudian hari.
i)        Data Penunjang
1)      Pemeriksaan Laboratorium
Tidak terdapat pemeriksaan laboratorium yang spesifik khusus untuk pasien stroke.
Kemungkinan ditemukannya peningkatan hematokrit dan penurunan hemoglobin serta adanya peningkatan dari leukosit. Biasanya dilakukan pemeriksaan protombin time (PT) dan partial tromboplastin (PTT) sebagai informasi untuk pemberian obat antikoagulan.
Pemeriksaan CSF juga dapat dilakukan untuk melihat apakah ada sel darah merah dalam CSF yang mungkin mengindikasikan adanya perdarahan subaracnoid.
2)      Pemeriksaan diagnostik
(a)    CT-Scan, akan memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia dan adanya infark.
(b)   Angiografi serebral, membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan atau ostruksi arteri adanya titik oklusi atau ruptur.
(c)    EEG, mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak yang mungkin memperlihatkan adanya lesi yang spesifik.
(d)   MRI, menunjukkan daerah yang mengalami infark, hemoragi atau malformasi arteriovena (MAV).
(e)    Ultrasonografi Doppler, mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah sistem arteri karotis, aliran darah atau muncul plak, arteriosklerotik).
(f)    Sinar X tengkorak, menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang berlawanan dari masa yang meluas, klasifikasi karotis interna terdapat pada trombosit serebral, klasifikasi parsial dinding aneurisma pada perdarahan subaracnoid.
(g)   Pungsi lumbal, menunjukkan adanya tekanan normal dan biasanya pada trombosis, emboli serebral dan TIA.
b.      Analisa Data
Data yang sudah dikumpulkan kemudian dikelompokkan berdasarkan masalahnya kemudian dianalisa sehingga menghasilkan suatu kesimpulan berupa masalah keperawatan yang nantinya akan menjadi diagnosa keperawatan.

2.      Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan stroke menurut Marilynn E Doenges, Mary Frances Moorhouse dan Alice C Geissler adalah:
1)      Perfusi jaringan, perubahan, serebral berhubungan dengan Interupsi aliran darah : gangguan oklusi, hemoragi ; vasospasme serebral, edema serebral.
2)      Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan, parastesia ;flaksid / paralisis hipotonik ( awal ); paralisis spastis.
3)      Kerusakan komunikasi verbal dan atau tertulis berhubungan dengan kerusakan sirkulasi serebral, kerusakan neuromuskuler, kehilangan tonus / kontrol otot fasial/oral, kelemahan / kelelahan umum.
4)      Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan resepsi sensori, tranmisis, integrasi ( trauma neurologis atau defisit ), stress psikologis ( penyempitan lapang perseptual yang disebabkan oleh ansietas ).
5)      Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler, penurunan kekuatan dan ketahanan, kehilangan kontrol/koordinasi otot. Kerusakan perseptual/kognitif. Nyeri/ketidaknyamanan. Depresi.
6)      Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan biofisik, psikososial, perseptual kognitif.
7)      Resiko gangguan asupan nutrisi berhubungan dengan kesulitan mengunyah, kesulitan menelan, mual dan muntah, penurunan kesadaran.
8)      Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakit dan pengobatan berhubungan dengan kurang informasi.

3.      Perencanaan
1)      Perfusi jaringan, perubahan, serebral berhubungan dengan Interupsi aliran darah : gangguan oklusi, hemoragi ; vasospasme serebral, edema serebral.
Tujuan:
Perfusi jaringan serebral kembali baik.
Kriteria Evaluasi:
-          Tingkat kesadaran komposmentis.
-          Tidak terdapat tanda peningkatan TIK seperti dilatasi pupil, cegukan, penglihatan ganda, muntah yang proyektif.
-          Tanda-tanda vital dalam batas normal.
·         Tekanan darah < 160/95 mmHg
·         Nadi 70-80x /menit
·         Respirasi 16-29 x/menit
·         Suhu 360C-37,50 C
Intervensi
Rasional
1.      Pantau/catat keadaan status neurologis sesering mungkin dan bandingkan dengan keadaan normal.


2.      Pantau tanda-tanda vital.









3.      Letakkan kepala dalam posisi agak ditinggikan dan dalam keadaan anatomis (netral) 15-30 derajat.
4.      Cegah terjadinya mengedan dan batuk.


5.      Berikan obat sesuai indikasi, berupa:
-          Anti koagulasi





-          Antifibrotik




-           Anthipertensi



-          Vasodilator perifer


-           Steroid

1.      Mengetahui kecenderungan tingkat kesadaran dan potensial peningkatan TIK, mengetahui lokasi, luas dan kemajuan/resolusi kerusakan SSP.
2.      Hipertensi atau hipotensi postural dapat menjadi faktor pencetus. Hipertensi dapat terjadi karena syok. Disritmia atau murmur mencerminkan adanya gangguan jantung yang menjadi pencetus CVA. Ketidakteraturan pernafasan dapat memberikan gambaran lokasi kerusakan serebral/peningkatan TIK.
3.      Menurunkan tekanan arteri dengan meningkatkan drainase dan meningkatkan sirkulasi/perfusi serebral.
4.      Manuver valsava dan batuk dapat meningkatkan TIK dan memperbesar resiko terjadi perdarahan.


-     Dapat digunakan untuk memperbaiki/meningkatkan aliran darah serebral dan selanjutnya dapat mencegah pembekuan saat embolus/trombus merupakan faktor masalahnya.
-     Untuk mencegah lisis atau pembekuan yang terbentuk dan perdarahan yang berulang yang serupa.
-      
-     Hipertensi lama / kronik, memerlukan penanganan yang berlebihan dapat memperluas kerusakan jaringan.
-     Digunakan untuk memperbaiki sirkulasi kolateral atau menurunkan vasospasme.
-     Penggunaan kontroversial dalam mengendalikan edema serebral.

2)      Kerusakan mobilisasi fisik berhubungan dengan kelemahan, penurunan kekuatan otot, penurunan kesadaran, atropi otot.
Tujuan:
Klien dapat meningkatkan mobilisasi fisiknya
Kriteria Evaluasi:
·         Tidak terjadi kontaktur
·         Tidak terjadi atropi otot
·         Dapat melakukan ROM aktif dan pasif
·         Kekuatan otot penuh (5) pada ekstremitas atas dan bawah
Intervensi
Rasional
1.      Ubah posisi setiap minimal 2 jam (terlentang dan miring kanan kiri)
2.      Lakukan latihan rentang gerak (ROM) aktif dan pasif pada semua ektremitas.

3.      Sokong ekstrimitas dalam posisi fungsionalnya, gunakan papan kaki, pertahankan posisi neteral.
4.      Libatkan keluarga untuk berpartisipasi dalam latihan bagi klien
5.      Konsultasikan dengan ahli fisioterapi untuk latihan resisitif dan ambulasi klien
1.      Menurunkan resiko terjadinya trauma atau ischemik jaringan.

2.      Meminimalkan atropi otot, meningkatkan sirkulasi, membantu mencegah kontaktur.
3.      Mencegah kontraktur/foot droop dan memfasilitasi kegunaannya jika berfungsi kembali
4.      Meningkatkan harapan bagi perkembangan / peningkatan kontrol kemandirian
5.      Program khusus dapat dikembangkan untuk menemukan kebutuhan yang berarti/menjaga kekurangan dalam hal keseimbangan, koordinasi dan kekuatan.

3)      Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan kehilangan kemampuan untuk berbicara, kehilangan kontrol/tonus otot fasia.
Tujuan:
Komunikasi verbal dapat tetap terjalin.
Kriteria evaluasi:
·         Klien dapat memahami tentang masalah komunikasi
·         Klien dapat membuat metode komunikasi dimana kebutuhan dapat diekspresikan
·         Klien dapat menggunakkan sumber-sumber yang tepat (isyarat, tulisan).
Intervensi
Rasional
1.      Kaji derajat disfungsi komunikasi verbal klien .


2.      Bedakan antara afasia dan disartria.







3.      Mintalah pasien untuk mengikuti perintah sederhana seperti buka mata dan tunjuk pintu.
4.      Tunjukkan objek dan mintalah pasien menyebutkannya.


5.      Mintalah pasien untuk mengucapkan suara sederhana seperti “ah” dan “pas”.

6.      Berikan metode komunikasi alternatif seperti menulis dan menggambar.
7.      Antisipasi dan penuhi kebutuhannya.


8.      Anjurkan pengunjung mempertahankan usahanya untuk berkomunikasi dengan pasien.

9.      Kolaborasi dengan ahli terapi wicara
1.      Menentuka daerah dan derajat kerusakan serebral yang terjadi serta derajat kesulitan proses komunikasi
2.      Afasia adalah gangguan dalam menggunakan dan menginterpretasikan simbol-simbol bahasa. Disartria adalah dapat memahami, membaca, menulis tetapi kesulitan membentuk / mengucapkan kata-kata karena kelemahan dan paralise dari otot-otot.
3.       Melakukan penelitian terhadap adanya kerusakan sensoris (afasia sensoris).

4.      Melakukan penilaian terhadap adanya kerusakan afasia motorik, bisa mengenali tidak dapat menyebutkan
5.      Mengidentifikasikan disartria sesuai komponen motorik dan bicara seperti lidah, gerakan bibir dan kontrol nafas
6.      Memberikan komunikasi tentang kebutuhan berdasarkan keadaan / defisit yang mendasari
7.      Bermanfaat dalam menurunkan frustasi bila tergantung pada orang lain dan tidak dapat berkomunikasi secara berarti
8.      Mengurangi isolasi sosial pasien dan meningkatkan penciptaan komunikasi yang efektif


9.      Pengkajian secara individual kemampuan bicara dan sensori, motorik dan kognitif berfungsi untuk mengidentifikasikan kekurangan / kebutuhan terapi

4)      Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan ketidakmampuan untuk berespon, penurunan stimulasi dari lingkungan, stress psikologis.
Tujuan:
Tidak terjadi perubahan persepsi sensori
Kriteria evaluasi:
·         Tingkat kesadaran dapat dipertahankan dan perceptual
·         Klien dapat mengenali orientasi waktu, tempat dan orang
·         Klien mampu mendemonstrasikan perilaku untuk mengkompensasi terhadap defisit.
Intervensi
Rasional
1.      Lihat kembali proses patologis kondisi individual.


2.      Evaluasi gangguan penglihatan lapang pandang ketajaman persepsi, diplopia.



3.      Dekati klien untuk penglihatan yang normal. Tutup mata yang sakit jika perlu.



4.      Kaji kesadaran sensorik seperti panas, dingin, tajam dan tumpul.

5.      Berikan stimulasi terhadap rasa sentuhan.


6.      Lakukan validasi terhadap persepsi klien
1.      Kesadaran akan daerah yang terkena membantu perlu mengawasi defisit spesifik dan perawatan.
2.      Gangguan penglihatan berdampak negatif terhadap kemampuan klien untuk menerima lingkungan dan mempelajari kembali keterampilan motorik.
3.      Pengenalan terhadap orang dan benda dapat membantu masalah persepsi. Penutupan mata dapat menurunkan kebingungan karena adanya pandangan ganda.
4.      Penurunan kesadaran sensorik berpengaruh buruk terhadap keseimbangan / posisi tubuh dan kesesuaian dari gerakan.
5.      Membantu melatih jaras sensorik untuk mengintegrasikan persepsi dan interpretasi stimulasi.
6.      Membantu klien untuk mengidentifikasi ketidak konsistenan dari persepsi dan integrasi stimulasi dan mungkin menurunkan distorsi persepai pada realita

5)      Kurang perawatan diri berhubungan dengan kelemahan otot, kehilangan koordinasi otot.
Tujuan:
Kebutuhan akan perawatan diri terpenuhi
Kriteria evaluasi:
·         Klien dapat menunjukan perubahan gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri.
·         Klien mampu melakukan aktifitas perawatan diri dalam tingkat kemampuan sendiri.
·         Klien mampu mengidentifikasi sumber komoditas memberikan bantuan sesuai kebutuhan.
Intervensi
Rasional
1.      Kaji kemampuan dan tingkat kekurangan untuk melakukan kebutuhan sehari-hari.

2.      Hindari melakukan sesuatu untuk pasien yang dapat melakukan aktifitas sendiri tetapi berikan bantuan sesuai kebutuhan .





3.      Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang dilakukan atau berhasil
1.        Membantu dalam mengantisipasi / merencanakan pemenuhan kebutuhan secara individual.
2.        Klien mungkin saja ketakutan dan sangat tergantung meskipun bantuan yang diberikan bermanfaat dalam mencegah frustasi. Penting bagi klien untuk melakukan sebanyak mungkin untuk diri sendiri, meningkatkan pemulihan dan mempertahankan harga diri.
3.        Meningkatkan perasaan makna diri, meningkatkan kemandirian dan mendorong klien untuk berusaha secara kontinue
           
6)      Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan biofisik, psikososial, perseptual kognitif.
Tujuan :
Tidak terjadi gangguan harga diri.
Kriteria evaluasi :
·         Klien dapat berkomunikasi dengan orang terdekat tentang situasi dan perubahan yang telah terjadi.
·         Klien dapat menerima keadaannya sekarang.
·         Klien dapat mengenali perubahan dalam konsep diri dengan cara yang akurat tanpa menimbulkan harga diri negatif.
Intervensi
Rasional
1.      Jalin rasa saling percaya antara perawat pasien.

2.      Bantu klien untuk mengekspresikan perasaannya pada orang yang klien percaya.
3.      Berikan penghargaan atas keberhasilan sekecil apapun baik mengenai penyembuhan fungsi tubuh maupun kemandirian pasien.
4.      Berikan dukungan terhadap perilaku/usaha seperti peningkatan minat/partisipasi pasien dalam kegiatan rehabilitasi.
1.      Meningkatkan kepercayaan klien untuk keberhasilan tindakan selanjutnya
2.      Membantu pasien untuk menganal dan mulai memahami perasaannya.

3.      Membantu menurunkan perasaan marah dan ketidakberdayaan dan menimbulkan perasaan adanya perkembangan.
4.      Mengisyaratkan kemungkianan adaptasi untuk mengubah dan memahami peran diri sendiri dalam kahidupan selanjutnya.

7)       Gangguan asupan nutrisi berhubungan dengan kesulitan mengunyah, kesulitan menelan, mual dan muntah, penurunan kesadaran.
Tujuan :
Asupan nutrisi terpenuhi.
Kriteria Evaluasi:
·         Klien dapat makan dengan cara yang tepat
·         Aspirasi tidak terjadi
·         Kenaikan berat badan
Intervensi
Rasional
1.    Kaji kemampuan menelan pasien.

2.    Letakan pasien pada posisi duduk/tegak selama dan setelah makan.

3.    Berikan makan dengan perlahan pada situasi yang tenang.
4.    Berikan makanan per oral secara bertahap mulai dari makanan setengah cair, makanan lunak ketika pasien menelan air.
5.    Anjurkan pasien untuk minum air dengan menggunakan sedotan.

6.    Anjurkan untuk berpartisipasi dalam program latihan/kegiatan.
1.          Mengetahui seberapa besar ketidakmampuan pasien dalam menelan.
2.          Menggunakan gravitasi untuk memudahkan dalam proses menelan dan menurunkan risiko terjadinya aspirasi.
3.          Pasien dapat berkonsentrasi pada mekanisme makan tanpa adanya gangguan dari luar.
4.          Makanan lunak lebih mudah untuk mengendalikannya didalam mulut, menurunkan risiko terjadinya aspirasi.

5.          Menguatkan otot fasial dan otot menelan dan menurunkan terjadinya tersedak.
6.          Dapat meningkatkan pelepasan endorfin dalam otak dan meningkatkan perasaan senang dan meningkatkan nafsu makan.


8)      Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakit dan pengobatan berhubungan dengan kurang informasi.
Tujuan :
Klien mengetahui tentang penyakitnya.
Kriteria Evaluasi :
·         Klien berpartisipasi dalam proses perawatan
·         Klien memahami tentang penyakitnya
·         Klienmulai merubah gaya hidup yang dapat memperberat keadaannya.

Intervensi
Rasional
1.      Diskusikan keadaan patologis yang khusus yang berhubungan dengan keadaan pasien.

2.      Inform Consent pada setiap tindakan yang akan dilakukan.

3.      Sarankan pasien untuk  mengurangi stimulus dari lingkungan terutama saat kegiatan berfikir.
4.      Identifikasi faktor – faktor risiko yang dapat memperberat keadaan pasien, seperti merokok, perubahan gaya hidup.
5.      Identifikasi tanda dan gejala yang memerlukan kontrol secara medis, seperti perubahan fungsi penglihatan, sensorik, motorik, dan sakit kepala yang hebat.
1.       Membantu membangun harapan  yang realistis dan meningkatkan pemahaman terhadap keadaan dan kebutuhan saat ini.
2.       membantu pasien untuk memahami pengobatan dan perawatan yang akan dilakukan.
3.       Stimulasi yang beragam dapat memperbesar gangguan proses berfikir.

4.       Meningkatkan kesehatan secara umum dan mungkin menurunkan risiko kambuh ulang.

5.       Evaluasi dan intervensi yang cepat menurunkan risiko terjadinya komplikasi/kehilangan fungsi yang berlanjut.

4.      Pelaksanaan
Berisikan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat. Setiap perencanaan yang telah dibuat secara idealnya dapat dilaksanakan seluruhnya, tetapi hal tersebut juga harus disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan diri perawat serta klien dan keluarga.

5.      Evaluasi
Berisikan tentang evaluasi dari asuhan yang telah dilakukan secara keseluruhan dan dapat bersifat feedback terhadap seluruh proses keperawatan yang dilakukan.

 
DAFTAR PUSTAKA

Barbara C.Long. (1996). Perawatan Medical Bedah, Jilid 2. Ikatan Alumni Pajajaran. Bandung
Brunner and Suddarth. (1988). Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 volume 3. EGC Kedokteran. Jakarta
Carpenito.Lynda Jual. (1999). Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2. EGC Kedokteran. Jakarta
Dongoes.E Marylin. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. EGC Kedokteran. Jakarta
Sylvia, Price A. (1995). Patofisiologi Konsep Klinis Konsep-Konsep Penyakit. Buku 2. EGC Kedokteran. Jakarta
http : //www.infokes.com//,2000
http : //www.kompas.com//,2004